Tuesday, February 9, 2010

Buta, Bisu, dan Tuli -part 2-

Setelah sampai dirumah orang tua akhwat tersebut. Ustadz menjelaskan maksud kedatangan kami, dan mengenalkan aku secara singkat. Kemudian saya diperkenankan ustadz memperkenalkan diri secara detail. Selanjutnya, ayah akhwat tersebut berkata, saya terima ta’aruf dari saudara Sidiq tetapi ada yang ingin saya sampaikan, putri yang saya sayangi itu buta, tuli, dan bisu,, apakah saudara Sidiq masih berkeinginan melanjutkan ta’aruf ini?

Aku terdiam sejenak, terhenyak, dan sempat berfikir masa’ ustadz mengenalkanku pada seorang akhwat yang buta, tuli, dan bisu?? Masa’ sih, tapi aku kenal betul siapa ustadz, beliau tidak mengkin main-main dengan pilhannya itu, pertanyaan itu terus menerus berkecamuk di kalbuku.

“Diq..Sidiq.. “ tegur ustadz menyadarkan diamku

“Gimana mau meneruskan atau tidak?” Tanya ustadz

“Ooh..eeh..” dengan ragu-ragu aku menjawab iya.

Kemudian kami berpamitan pulang setelah berbasa-basi dengan pemilik rumah.

Sepanjang perjalanan pulang , aku selalu diam dan berpikir, apakah dia yang akan menjadi jodohku ya, tapi pasti ustadz tidak main-main dengan proses ta’aruf ini?? Aku kembali ke konsentrasiku mengendarai motor dan mengantar ustadz sampai ke rumahnya yang lumayan jauh dari rumahku.

Di sepertiga malam aku terbangun lalu kudirikan tahajudku dan istikhorah ku. Dalam do’a, aku memohon kepada Sang Pemberi Petunjuk “ Ya Allah jika akhwat itu adalah jodoh bagiku dan yang terbaik bagiku dan menurut Engkau ya Allah maka tuntun hamba agar ikhlas menerima segala yang ada pada dirinya dan kekalkanlah ikatan kami nanti dengan ridho dan rahmat-MU. Tetapi jikalau akhwat tersebut bukan yang terbaik bagi hamba, pilihkan dan tunjukkan hamba jodoh yang terbaik menurut Engkau Ya Allah.” Aamiin

Kemudian, aku kembali teringat kata-kata ayah akhwat tersebut, nama putri saya adalah Zahira, dia adalah permata yang indah yang tiada duanya. Tetapi akhi, putri saya buta, bisu, dan tuli. Deg! Kembali aku terhenyak, istighfar..istigfar.. Diq ungkap ku dalam hati.

Dalam waktu dua minggu ini, adalah waktu ta’aruf yang sudah disepakati. Kalau aku tidak cocok maka setelah 2 minggu berakhir aku tidak akan datang mengkhitbah tapi kalau aku sudah sreg maka aku bersama keluargaku dan juga ustadz akan datang untuk mengkhitbah Zahira.

Satu minggu telah berlalu tapi aku juga belum mantap, tak lupa aku selalu istikharah meminta petunjuk Allah SWT..

Dua pekan akan segera habis dan ini adalah hari terakhirku untuk memantapkan hati apakah besok akan datang mengkhitbah atau tidak. Aku sholat dhuha, kemudian tilawah tanpa terasa air mataku menitik, segera kuhapus dalam hati berkata Ya Rabb, ampuni hamba.. ampuni hamba..

....continue...

No comments:

Post a Comment