Wednesday, March 30, 2011

Maher Zain - The Chosen One | ماهر زين - المختار

Yeay!! one of my fav Maher Zain's songs :)
"The Chosen One alias Manusia Pilihan yakni Nabi Muhammad SAW, akhlak beliau bagai Al Qur'an yang berjalan.. Subhanallah.. Beliau adalah the chosen one yang patut dan HARUS kita jadikan uswatun khasanah."

Nah, video ini mencerminkan kehidupan sehari-hari yg dicontoh dari Beliau, contohnya: pemaaf, suka menolong, tidak pendendam, dsb..
Video nya keren, menyentuh, sukaaaaaaa pokoknya! check this out! ^_^


Friday, March 25, 2011

Sebuah Kisah Cinta Seorang Suami pada Isterinya




Abis ngoprek2 kembali file2 di salah satu milis yang saya ikuti,, nemu postingan keren (lagi) ^_^
Akhirnya aku co-past lah di sini.. :)
Selamat membaca walopun panjang ^_^

Kisah ini ditulis oleh Tasaro GK, penulis novel best seller "Galaksi Kinanthi"

Di mana lagi aku temui perempuan semacammu? Tilawahmu tidaklah terlalu merdu, keimananmu pun seolah bersandar kepadaku. Tapi, di mana lagi aku temui perempuan seikhlasmu? Wajahmu tak cantik melulu, masakanmu pun tidak lezat selalu. Tapi, katakan kepadaku, di mana lagi aku jumpai perempuan seperkasamu? Kau bahkan tidak biasa berbicara mewakili dirimu sendiri, dan acapkali menyampaikan isi hatimu dalam bahasa yang tak berkata-kata.

Demi Tuhan, tapi aku benar-benar tidak tahu, ke mana lagi aku cari perempuan seinspiratif dirimu? Ingatkah lima tahun lalu aku hanya memberimu selingkar cincin 3 gram yang engkau pilih sendirian? Tidak ada yang spektakuler pada awal penyatuan kita dulu. Hanya itu. Karena aku memang tidak punya apa-apa. Ah, bagaimana bisa aku menemukan perempuan lain sepertimu?

Aku tidak akan melupakan amplop-amplop lusuhmu, menyimpan lembaran ribuan yang kausiapkan untuk belanja satu bulan. Dua ribu per hari. Sudah kauhitung dengan cermat. Berapa rupiah untuk minyak tanah, tempe, cabe, dan sawi. Ingatkah, Sayang? Dulu kita begitu akrab dengan racikan menu itu. Setiap hari. Sekarang aku mulai merasa, itulah masa paling indah sepanjang pernikahan kita.

Lepas maghrib aku pulang, berkeringat sebadan, dan kau menyambutku dengan tenang. Segelas air putih, makan malam: tempe, sambal, dan lalap sawi. Kita bahagia. Sangat bahagiaâ..

Aku bercerita, seharian ada apa di tempat kerja. Kau memijiti punggungku dengan jemarimu yang lemah tapi digdaya. Kau lalu bercerita tentang tingkah anak-anak tetangga. Kala itu kita begitu menginginkan hadirnya buah cinta yang namanya pun telah kusiapkan sejak bertahun-tahun sebelumnya. Kita tidak pernah berhenti berharap, kan, Honey? Dua kali engkau menahan tangismu di ruang dokter saat kandunganmu mesti digugurkan. Aku menyiapkan dadaku untuk kepalamu, lalu membisikkan kata-kata sebisaku, "tidak apa-apa. Nanti kita coba lagi. Tidak apa-apa."

Di atas angkot, sepulang dari dokter, kita sama-sama menangis, tanpa isak, dan menatap arah yang berlawanan. Tapi, masih saja kukatakan kepadamu, "Tidak apa-apa, Sayang. Tidak apa-apa. Kita masih muda." Engkau tahu betapa lukanya aku. Namun, aku sangat tahu, lukamu berkali lipat lebih menganga dibanding yang kupunya. Engkau selalu bisa segera tersenyum setelah merasakan sakit yang mengaduk perutmu, saat calon bayi kita dikeluarkan. Kaumemintaku menguburkannya di depan rumah kita yang sepetak. "Yang dalam, Kang. Biar nggak digali anjing." Jadi, ke mana aku bisa mencari perempuan sekuat dirimu?

Kaupasti tak pernah tahu, ketika suatu petang, sewaktu aku masih di tempat kerja, hampir merembes air mataku ketika kauberitahu. "Kang, Mimi ke Ujung Berung, jual cincin." Cincin yang mana lagi? Engkau sedang membicarakan cincin kawinmu, Sayang. Yang 3 gram itu. Aku membayangkan bagaimana kau beradu tawar menawar dengan pembeli emas pinggir jalan. Bukankah seharusnya aku masih mampu memberimu uang untuk makan kita beberapa hari ke depan? Tidak harus engkau yang ke luar rumah, melawan gemetar badanmu, bertemu dengan orang-orang asing. Terutama untuk menjual cincinmu? Cincin yang seharusnya menjadi monumen cinta kita. Tapi kausanggup melakukannya. Dan, ketika kupulang, dengan keringat sebadan, engkau menyambutku dengan tenang. Malam itu, tidak cuma tempe, cabe, dan lalap sawi yang kita makan. Kaupulang membawa uang.

Duh, Gusti, jadi bagaimana aku sanggup berpikir untuk mencari perempuan lain seperti dirinya? Ketika kondisi kita membaik, bukankah engkau tidak pernah meminta macam-macam, Cinta? Engkau tetap sesederhana dulu. Kaubelanja dengan penuh perhitungan. Kauminta perhatianku sedikit saja. Kau kerjakan semua yang seharusnya dikerjakan beberapa orang. Kaucintai aku sampai ke lapisan tulang. Sampai membran tertipis pada hatimu.

Ingatkah, Sayang? Aku pernah menghadiahimu baju, yang setelah itu kautak mau lagi membeli pakaian selama bertahun-tahun kemudian. Baju itu seharga kambing, katamu. Kautak mau buang-buang uang. Bukankah telah kubebaskan kau mengelola uang kita? Kautetap seperti dulu. Membuat prioritas-prioritas yang kadang membuatku kesal. Kau lebih suka mengisi celengan ayam jagomu daripada membeli sedikit kebutuhanmu sendiri.

Dunia, kupikir aku tak akan pernah menemui lagi perempuan seperti dia. Sepekan lalu, Sayang, sementara di rahimmu anak kita telah sempurna, kaumasih memikirkan aku. Menanyai bagaimana puasaku, bukaku, sahurku? Siapa yang mencuci baju-bajuku, menyetrika pakaianku. Bukankah sudah kupersilakan engkau menikmati kehamilanmu dan menyiapkan diri untuk perjuanganmu melahirkan anak kita?

"Kang, maaf, ya, dah bikin khawatir, gak boleh libur juga gak papa. Tadi tiba-tiba gak enak perasaan. Tau nih, mungkin krn bentar lagi." Bunyi smsmu saat kudalam perjalanan menuju Jakarta. Panggilan tugas. Dan, engkau sangat tahu, bagiku pekerjaan bukan neraka, tetapi komitmen. Seberat apa pun, sepepat apa pun, pekerjaan adalah sebuah proses menyelesaikan apa yang pernah aku mulai. Tidak boleh mengeluh, tidak boleh menjadikannya kambing hitam. Membaca lagi SMSmu membuatku semakin tebal bertanya, ke mana lagi kucari seorang pecinta semacammu. Kaumencintaiku dengan memberiku sayap. Sayap yang mampu membawaku terbang bebas, namun selalu memberiku alamat pulang kepadamu. Selalu. Lalu SMS mu itu kemudian menjadi firasat. Sebab, segera menyusul teleponmu, pecah ketubanmu. Aku harus segera menemuimu. Secepat-cepatnya meninggalkan Bandung menuju Cirebon untuk mendampingimu. "Terus kamu kenapa masih di sini? Pulang saja," kata atasanku ketika itu. Engkau tahu, Sayang, aku masih berada di dalam meeting ketika teleponmu mengabarkan semakin mendekatnya detik-detik lahirnya "tentara kecil" kita. Ketika itu aku masih berpikir, boleh kuselesaikan meeting itu dulu, agar tidak ada beban yang belum terselesaikan. Tapi, tidak. Atasanku bilang, tidak. "Pulang saja," katanya. Baru kubetul-betul sadar, memang aku segera harus pulang. Menemuimu. Menemanimu. Lalu, kusalami mereka yang ada di ruang rapat itu satu-satu. Tidak ada yang tidak memberikan dorongan, kekuatan, dukungan.

Lima jam kemudian aku ada di sisihmu. Seranjang sempit rumah sakit dengan infuse di pergelangan tangan kirimu. Kaumulai merasakan mulas, semakin lama semakin menggila. Semalaman engkau tidak tidur. Begitu juga aku. Berpikir untuk memejamkan mata pun tak bisa. Aku tatap baik-baik ekspresi sakitmu, detik per detik. Semalaman, hingga lepas subuh, ketika engkau bilang tak tahan lagi. Lalu, aku berlari ke ruang perawat. "Istri saya akan melahirkan," kataku yakin.

Bergerak cepat waktu kemudian. Engkau dibawa ke ruang persalinan, dan aku menolak untuk meninggalkanmu. "Dulu ada suami yang ngotot menemani istrinya melahirkan, lihat darah, tahu-tahu jatuh pingsan," kata dokter yang membantu persalinanmu. Aku tersenyum, yang pasti laki-laki itu bukan aku. Sebab aku merasa berada di luar ruang persalinan itu akan jauh lebih menyiksa. Aku ingin tetap di sisihmu. Mengalirkan energi lewat genggaman tanganku, juga tatapan mataku.

Terjadilah. Satu jam. Engkau mengerahkan semua tenaga yang engkau tabung selama bertahun-tahun. Keringatmu seperti guyuran air. Membuat mengilap seluruh kulitmu. Terutama wajahmu. Menjerit kadangkala. Tanganmu mencengkeram genggamanku dengan kekuatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kekuatan yang lahir oleh kesakitan. Engkau sangat kesakitan, sementara "tentara kecil" kita tak pula mau beranjak.

"Banyak kasus bayi sungsang masih bisa lahir normal, kaki duluan. Tapi anak ini kakinya melintang," kata dokter. Aku berusaha tenang. Sebab kegaduhan hatiku tidak bisa membantu apa-apa. Kusaksikan lagi wajah berpeluhmu, Sayang. Kurekam baik-baik, seperti fungsi kamera terbaik di dunia. Kusimpan lalu di benakku yang paling tersembunyi. Sejak itu kuniatkan, rekaman itu akan kuputar jika suatu ketika kuberniat mencurangimu, menyakitimu, melukaimu, mengecewakanmu. Aku akan mengingat wajah itu. Wajah yang hampir kehilangan jiwa hanya karena ingin membuatku bahagia.

"Sudah tidak kuat, Kang. Nggak ada tenaga," bisikmu persis di telingaku. Karena sengaja kulekatkan telingaku ke bibirmu. Aku tahu, ini urusan nyawa. Lalu kumerekam bisikanmu itu. Aku berjanji pada hati, rekaman suaramu itu akan kuputar setiap lahir niatku untuk meminggirkanmu, mengecilkan cintamu, menafikkan betapa engkau permata bagi hidupku.

Aku mengangguk kepada dokter ketika ia meminta kesanggupanku agar engkau dioperasi. Tidak ada jalan lain. Aku membisikimu lagi, persis di telingamu, "Mimi kuat ya. Siap, ya. Ingat, ini yang kita tunggu selama 5 tahun. Hayu semangat!" Engkau mengangguk dengan binar mata yang hampir tak bercahaya. Aku tahu, ini urusan nyawa. Tapi mana boleh aku memukuli dinding, menangis sekencang angin, lalu mendongak ke Tuhan, "Kenapa saya, Tuhan! Kenapa kami?" Sebab, Tuhan akan menjawab, "Kenapa bukan kamu? Kenapa bukan kalian?"

Aku mencoba tersenyum lagi. Mengangguk lagi kepadamu. "Semua akan baik-baik saja." Maka menunggumu di depan ruang operasi adalah saat di mana doa menjadi berjejal dan bernilai terkhusyuk sepanjang hidup. Seandainya aku boleh mendampingi operasimu. Tapi tidak boleh. Aku menunggumu sembari berkomat-kamit sebisaku. Aku sendirian. Berusaha tersenyum, tetapi sendirian. Tidak tidak terlalu sendirian. Ada seseorang mengirimiku pesan pendek dan mengatakan kepadaku, "Aku ada di situ, menemanimu." Kalimat senada kukatakan kepadanya suatu kali, ketika dia mengalami kondisi yang memberatkan. "Apa kepala bebalmu tidak merasa? Aku ada di situ! Menemanimu!"

Lalu, tangis itu! Rasanya seperti ada yang mencabut nyawaku dengan cara terindah sedunia. Tangis itu! Tentara kecil kita. Menjadi gila rasanya ketika menunggu namaku disebut. Berlari ke lorong rumah sakit ketika tubuh mungil itu disorongkan kepadaku. "Ini anak Bapak…"

Tahukah engkau, Sayang. Ini bayi yang baru keluar dari rahimmu, dan aku harus menggendongnya. Bukankah dia terlau rapuh untuk tangan-tangan berdosaku? Dokter memberiku dukungan. Dia tersenyum dengan cara yang sangat senior. "Selamat, ya. Bayinya laki-laki."

Sendirian, berusaha tenang. Lalu kuterima bayi dalam bedongan itu. Ya, Allahâ.bagaimana membahasakan sebuah perasaan yang tidak terjemahkan oleh semua kata yang ada di dunia??? Makhluk itu terpejam tenang semacam malaikat; tak berdosa. Sembari menahan sesak di dadaku, tak ingin menyakitinya, lalu kudengungkan azan sebisaku. Sebisaku. Sebab, terakhir kukumandangkan azan, belasan tahun lalu, di sebuah surau di pelosok Gunung Kidul. Azan yang tertukar redaksinya dengan Iqomat.

Mendanau mataku. Begini rasanya menjadi bapak? Rasanya seperti tertimpa surga. Aku tak pedul lagi seperti apa itu surga. Rasanya sudah tidak perlu apa-apa lagi untuk bahagia. Momentum itu berumur sekitar lima menit. Tentara kecil kita diminta oleh perawat untuk dibersihkan. Ingatanku kembali kepadamu. Bagaimana denganmu, Sayang? Kukirimkan kabar tentang tentara kecil kita kepada seseorang yang semalaman menemani kita bergadang dari kejauhan. Dia seorang sahabat, guru, inspirator, pencari, dan saudara kembarku. "He is so cute," kata SMS ku kepadanya. Sesuatu yang membuat laki-laki di seberang lautan itu menangis dan mengutuk dirinya untuk menyayangi bayi kita seperti dia merindukan dirinya sendiri. Sebuah kutukan penuh cinta.

Setengah jam kemudian, berkumpul di ruangan itu. Kamar perawatan kelas dua yang kita jadikan kapal pecah oleh barang-barang kita. Engkau, aku, dan tentara kecil kita. Seorang lagi; keponakan yang sangat membantuku di saat-saat sulit itu. Seorang mahasiswi yang tentu juga tidak tahu banyak bagaimana mengurusi bayi. Tapi dia sungguh memberiku tangannya dan ketelatenannya untuk mengurusi bayi kita.

Engkau butuh 24 jam untuk mulai berbicara normal, setelah sebelumnya seperti mumi. Seluruh tubuhmu diam, kecuali gerakan mata dan sedikit getaran di bibir. Aku memandangimu, merekam wajahmu, lalu berjanji pada hati, 50 tahun lagi, engkau tidak akan tergantikan oleh siapa pun di dunia ini.

Lima hari, Sayang. Lima hari empat malam kita menikmati bulan madu kita sebenar-benarnya. Aku begitu banyak berimprovisasi setiap hari. Mengurusi bayi tidak pernah ilmunya kupelajari. Namun, apa yang harus kulakukan jika memang telah tak ada pilihan? Aku menikmati itu. Berusaha mengurusmu dengan baik, juga menenangkan tentara kecil kita supaya tangisnya tak meledak-ledak.

"Terima kasih, Kang," katamu setelah kubantu mengurusi kebutuhan kamar mandimu. Lima tahun ini apa keperluanku yang tidak engkau urus, Sayang? Mengapa hanya untuk pekerjaan kecil yang memang tak sanggup engkau lakukan sendiri, engkau berterima kasih dengan cara paling tulus sedunia? Lalu ke mana kata "terima kasih" yang seharusnya kukatakan kepadamu sepanjang lima tahun ini? Tahukah engkau, kata "terima kasih" mu itu membuat wajahmu semelekat maghnet paling kuat di kepalaku.

Mengurusimu dan bayi kita. Lima hari itu, aku menemukan banyak gaya menangisnya yang kuhafal di luar kepala, agar aku tahu apa pesan yang ingin dia sampaikan. Gaya kucing kehilangan induk ketika ia buang kotoran. Gaya derit pintu ketika dia merasa kesepian, gaya tangis bayi klasik (seperti di film-film atau sandiwara radio) jika dia merasa tidak nyaman, dan paling istimewa gaya mercon banting; setiap dia kelaparan. Tidak ada tandingnya di rumah sakit bersalin yang punya seribu nyamuk namun tidak satu pun cermin itu. Dari ujung lorong pun aku bisa tahu itu tangisannya meski di lantai yang sama ada bayi-bayi lain menangis pada waktu bersamaan.

Ah, indahnya. Tak pernah bosan kutatapi wajah itu lalu kucari jejak diriku di sana. Terlalu banyak jejakku di sana. Awalnya kupikir 50:50 cukup adil. Agar engkau juga merasa mewariskan dirimu kepadanya. Tapi memang terlalu banyak diriku pada diri bayi itu. Hidung, dagu, rahang, jidat, tangis ngototnya, bahkan detail cuping telinga yang kupikir tidak ada duanya di dunia. Ada bisik bangga, "Ini anakku… anak laki-lakiku. " Tapi tenang saja, istriku, kulitnya seterang dan sebening kulitmu. Rambutnya pun tak seikal rambutku. Kuharap, hatinya kelak semembentang hatimu.

Kupanggil dia Sena yang berarti tentara. Penggalan dari nama sempurnanya: Senandika Himada. Sebuah nama yang sejarahnya tidak serta-merta. Panjang dan penuh keajaiban. Senandika bermakna berbicara dengan diri sendiri; kontemplasi, muhasabbah, berkhalwat dengan Allah. Sedangkan Himada memiliki makna yang sama dengan Hamida atau Muhammad: YANG TERPUJI dan itulah doa kita untuknya bukan, Sayang? Kita ingin dia menjadi pribadi yang terpuji dunia akhirat. Kaya nomor sekian, pintar pun demikian, terkenal apalagi. Yang penting adalah terpujiâ mulia dan ini bukan akhir kita, bukan, Honey? Ini menjadi awal yang indah. Awalku jatuh cinta (lagi) kepadamu.

(persembahan buat setiap perempuan, dan ibu yang hatinya semembentang samudra) ^_^


Tiga Bulan Tidak Mampu Memandang Wajah Suami

Postingan (Kisah) ini saya copy dari milis yang saya ikuti, kisah ini sangat menyentuh sekali dan semoga kita semua dapat mengambil ibrahnya :)

Tiga Bulan Tidak Mampu Memandang Wajah Suami
Oleh Miranti Mayangsari

Perkawinan itu telah berjalan empat tahun, namun pasangan suami istri itu belum dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik: "kok belum punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya atau istrinya ya?". Dari berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.

Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang suami tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk sembuh dalam arti tidak peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak. Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, lalu menyambungnya dengan ucapan: Alhamdulillah.

Sang suami seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki.Sang suami berkata
kepada sang dokter: "Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa.Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-heran.

Akan tetapi sang suami terus memaksa sang dokter, akhirnya sang dokter setuju untuk mengatakan kepada sang istri bahwa masalah tidak datangnya keturunan ada pada sang suami dan bukan ada pada sang istri.Sang suami memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki ruang dokter.

Maka sang dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya,dan kemudian ia berkata: "… Oooh, kamu wahai fulan- yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk sembuh.Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, dan terlihat pada raut wajahnya wajah seseorang yang menyerah kepada qadha dan qadar Allah SWT.

Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak saudara.Lima (5) tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada suaminya: "Wahai fulan, saya telah bersabar selama Sembilan (9) tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan selama ini semua orang berkata:" betapa baik dan shalihah-nya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya selama Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh keturunan".

Namun, sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin agar engkau segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya.Mendengar emosi sang istri yang memuncak, sang suami berkata: "istriku, ini cobaan dari Allah SWT, kita mesti bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …". Singkatnya, bagi sang istri, suaminya malah berceramah dihadapannya.Akhirnya sang istri berkata: "OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tidak lebih".Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah SWT memberi jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.

Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa sang istri mengalami gagal ginjal.Mendengar keterangan tersebut, jatuhnya psikologis sang istri, dan mulailah memuncak emosinya.Ia berkata kepada suaminya: "Semua ini gara-gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan … saya kan …".Sang istri pun bedrest di rumah sakit.

Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: "Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik saja"."Haah, pergi?". Kata sang istri."Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat". Kata sang suami.Sehari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat pembaringan sang istri.

Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: "Suami apa an dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah operasi".Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda orang yang kelelahan.Ketahuilah bahwa sang donatur itu tidak ada lain orang melainkan sang suami itu sendiri.

Ya,suaminya telah menghibahkan satu ginjalnya untuk istrinya, tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga dan siapa pun selain dokter yang dipesannya agar menutup rapat rahasia tersebut.

Dan subhanallah …Setelah Sembilan (9) bulan dari operasi itu, sang istri melahirkan anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar dan para tetangga.Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang suami telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di sebuah fakultas syari'ah dan telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah pengadilan di Jeddah. Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Qur'an dan mendapatkan sanad dengan riwayat Hafs, dari `Ashim.Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan.

Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanya dan membacanya.Hamper saja ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan menangis pula.

Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan, sang istri tidak berani menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan mukanya, tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali.

(Diterjemahkan dari kisah yang dituturkan oleh teman tokoh cerita ini, yang kemudian ia tulis dalam email dan disebarkan kepada kawan-kawannya)
www.madisaminded.blogspot.com



Thursday, March 24, 2011

ikhwan atau laki-laki atau cowok??

hey guys!
kenapa yah judul post kali ini "ikhwan atau laki-laki atau cowok??"
hihihihi.....
ga tau kenapa tiba-tiba aku ingin nulis tentang itu :D
tulisan ini dilatarbelakangi oleh apa ya?? hmmm...
cerita dari temen2 sekitar, melihat langsung ke dunia nyata, diskusi singkat kepada mereka, dll.. hehe

sebelumnya ini adalah pendapat saya dr adanya latar belakang tsb halah, kalo ada yang ga suka ya gpp (ga masalah buat saya), ga usah di baca juga.. ini kan blog-blog saya.. suka2 donks saya mau nulis apa.. hehehe ^_^

kenapa coba, ada yg menyebut mereka itu ikhwan ada juga yg menyebut mereka cowok ada juga yg menyebut mereka laki2?? pada dasarnya kan sama aja (gendernya) hehe
*ada yang bilang mereka dsb ikhwan itu karena alim.
*ada yang bilang mereka dsb cowok itu karena masih suka maen2 ga jelas gitu.
*ada yang bilang mereka dsb laki2 itu karena udah mapan & dewasa.
owalaah.. hehe..

and so? so? so0oo??

kalo dibilang apa mereka punya sifat yang sama? emm..em.. ga juga.. kan tiap orang pada dasarnya ga ada yg sama walo ada yg mirip :P

tapi sifat dasar yang mirip ituu looh yang bikin miris kaum wanita.. halah..
loh? loh? kok bisa?
ya bisaa laah.. emang gituu :D

jadi, tiba2 teringat cerita dari ibu guru Matematika SMA: "kenapa laki2 itu lebih pinter dalam bab dimensi ruang di mapel Matematika dan wanita itu sangat jarang (paling 1 atau 2 orang) yang ngerti bab dimensi ruang ini?? yaa karena laki2 itu logikanya lebih tajam dan dimensinya lebih tinggi dalam hal bayang-membayangkan."
inget banget, saat itu satu kelas ketawa semua.. hihi

Tau kan maksudnya?? *saat itu aku juga bingung* hehe
tapi.. akhirnya ngerti kalimat yang tersirat itu.

jadi? jadi?

iyaa, jadi se-alim apapun seoarang laki2/ikhwan/cowok (yang masih single/ belum nikah) tetep aja ngeri banget.. ngeri deh pokoknya.. hohoho..

makanya kita sebagai kaum hawa alias wanita harus bisa menjaga hijab kita dengan sebaik-baiknya..
laki2 berbuat ga bener ke wanita itu bukan hanya karena nafsu dari sang adam aja tapi dari sang hawa juga yg dengan tidak sengaja rela buat digituin, minimalnya dijadikan bahan imajinasi.. naudzubillahi min dzalik -__-

Pernah suatu ketika ada teman laki2 yang nyletuk gini (maaf) "eeh, tau ga sekarang ini paha wanita itu harganya lebih murah ketimbang harga paha ayam." weiiits.. miriis kan yaa :(
itu artinya wanita itu udah ga malu2 lagi pake rok mini dan baju adeknya yg bisa keliat kemana2 tubuhnya dan mengumbar aurat yg seharusnya ga boleh dilihat oleh orang selain mahramnya..

Ada juga yang tiba2 nyletuk gini setelah melihat tingkah laku anak remaja putri dgn pakaian yg ga kalah miris "kun, kayaknya anak jaman sekarang itu perlu di update ya akhlaknya!"
langsung aku timpali gini "ga cuma di update, tapi juga kudu di UPGRADE!" hihi..
*hening sambil berpikir lalu senyum*

Nah, jadi keinget ada real story yang menarik nih dari seorang temen juga :D
kata beliau, tidak selamanya yang kita lihat baik itu adalah bener baik..
contohnya: ada seorang temen saya (cewek) yang janjian ketemu sama seseorang dari dunia maya ceritanya kopdar dengan seorang laki2.. pas si cewek ini ketemu laki2 itu.. kaget 1/2 mati si cewek ini. kenapa coba?
karena si laki2 ini dilihat dari penampilannya aja terlihat seperti ikhwan!(ingat kan knp dsb ikhwan?) dan cewek itu merasa gimana gituu,, soalnya biasanya kalo ketemu laki2 yaa yg berpenampilan seperti yg dia inginkan (bukan ikhwan).
Dalam pandangan cewek ini, ikhwan itu pasti alim,, tapi kenapa si ikhwan ini ngajak ketemuan ama dia. Dan beberapa hari kemudian cewek ini tau kalau ikhwan tsb sudah berkeluarga dan di fbnya nampak banyak sekali postingan2 about islam!!

sekarang apa yang ada di benak sodara2 setelah membaca ini??

yaa memang tidak semua ikhwan, cowok, dan laki2 itu seperti itu.. tapi.. kan kita sebagai wanita harus WASPADA apalagi memilih seseorang buat dijadikan pemimpin/imam dalam kehidupan rumah tangga kita :)


cememes indah & bermakna

Ini adalah beberapa cememes indah nan bermakna baik dari saya sendiri dan dari sahabat, teman, atau kolega :D

"Allah suka lakukan, Allah ga suka tinggalkan!"

"Setiap lelah yang terasa kadang mencoba menggoncangkan tekad, setiap kesal di hati sering kali menyulut gejolak jiwa. Tetesan peluh kadang menguji keikhlasan. Setiap perjuangan tidak selalu bertabur bunga..tapi yakinlah Allah kan merindu tiap tapak pejuang yang dijejakkan dengan ikhlas untuk kebaikan." [NAP]

"Hidup adalah untuk BELAJAR. Belajar bersyukur meski tak cukup. Belajar memahami meski tak sehati. Belajar ikhlas meski tak rela. Belajar bersabar meski terbebani. Belajar setia meski tergoda. Belajar dan terus belajar dengan keyakinan setegar karang. Belajar menjadi lebih baik untuk menjadi yang TERBAIK!"


----to be continued! :)

Monday, March 21, 2011

cuek

1X dicuekin = :)
2X dicuekin = :|
3X dicuekin = :(
4X dicuekin = ...............
emm..em... enaknya diapain yaah??
hihihi

^_^

A best-friend is someone who understands the past, believes in the future, and accepts just the way we are.

Friday, March 18, 2011

Hidup itu Pilihan

Hidup itu adalah sebuah pilihan..



Pilihan kita mau menjadi baik atau menjadi buruk
Pilihan untuk menjadi pemaaf atau pendendam
Pilihan untuk selalu tersenyum atau selalu murung
Pilihan untuk menjadi PEMENANG atau PECUNDANG!

Keusilan Jaman ABG

Masih ingatkah hal ini kawan??
"Tanggal 21 Juni, Pas PENSI yoo kita mlebu, ikut apel thok terus dolan2. okok!!!"
Itulah kata2 yg kami ucapkan untuk janjian masuk sekolah. Emang di sekolah lagi ada acara/ event perpisahan dengan digelarnya PENSI, tapi males deh kita ikutan.

Kami berencana mau ngadain acara perpisahan dengan kelas 2 di rumahnya Dek Wetik dan Nuryati. Tapi, dengan sangat menyesal akhirnya ga bisa ikut karena mau ditraktir Fika maem2.. yeah!

Akhirnya kita ber-6 (kun, fika, rina, wheni, nurul, dan ratna) memutuskan untuk maem2 di Amanah, KarangPandan (Tempat ini sekarang menjadi tempat yang bersejarah buat prendz poreper).

Kita berangkat naik motor. And you know?!? it's my first time, naek motor ke jalanan yg menanjak dan berkelok-kelok.. deg..deg.. an pasti iyaa :D
Wheni khawatir sama aku karena belum biasa naek motor (sbg sopir) dengan kondisi jalan like that.. tapi resikonya wheni dan fika nyetirnya harus pelan2.. hahaha.. ben kapok! mereka kan sering ngebut kalo naik motor -__-"

Alhamdulillah kita selamat samapai tujuan. Subhanallah viewnya indah dan keren banget. Angin sejuk dan hawa yang dingin menusuk pori-pori kulit kami.. kita liat2 sebentar kemudian Sholat Dhuha..
and then,, kita makaaaan.. tapi sayang kita dapet tempat duduk yang pemandangannya ga bagus T_T tapi gpplah yang penting kita HAPPY ^_^

Nurul beli roti tawar yg ada cream+mesesnya.. enak juga :D

yeayyy!! makanan udah siap! kita siap buat menyantapnya *_*
Tak terasa makanan di piring pun ludes semuaa.. Alhamdulillah perut kenyang, hatipun senang.. :D

After that, kita pergi melihat-lihat bunga dan tanaman2 hias yang ada di depan pemancingan.. Masya Allah bagus2 tapi mahaal yaa -__-''
Setelah puas melihat-lihat kami memutuskan untuk pulang, dan kami jg sempat bertanya ttg jenis dan nama tanaman ke bapak penjaga tanamannya. Beliau ramah dan asyik banget. Kemudian ada orang yang menyarankan pada kami untuk jalan-jalan melihat-lihat ke kebun sayur2an di sekitarnya. kami yang awalnya udah mau pulang, jadi mengurungkan niat dan malah melihat-lihat dulu ke kebun sayuran.

Subhanallah, pemandangannya indah banget. jadi inget, kami masih pake seragam abu2+putih.. haha tapi kami cuek bebek is the best! :D

Perhatian kita tertuju ke bunga mawar putih dan merah yang indah dan besar tumbuh di dekat sungai.. kita pun akhirnya turun untuk melihat lebih dekat. kita bener2 kepincut dan apa daya tangan sampai untuk memetiknya, maka dipetiklah mawar merah merona itu.. hihihi
dan korban selanjutnya adalah mawar putih nan elok itu hehe.. entahlah bunga itu milik siapa.. tapi kami tetap memetiknya dan menaruhnya di tas agar ga ketauan haha.. maafkan kami.. hehe
*ketawa puas saat itu*

*jadi inget, bunganya kan mau ditanam di rumah tapi ga ada yg hidup satupun (ngambilnya ga bilang sih) hehehe..

adzan dhuhur udah berkumandang, sholat dan pulang

saat itu dunia terasa milik kami ber-6,, rasanya senang, bahagia, gembira, seolah tanpa beban ^_^
setelah nyampe rumah,, badan pegel2 semua.. hihih :D

kangeeen..kangeeen..kangeeen.. kapan kita bisa mengulang kembali saat2 seperti itu??
LOVE you, PRENDZ.POREPER. because ALLAH :*

Thursday, March 17, 2011

wajah baru (lagi) di blog ku

http://www.emocutez.comHey.. everyone..! ^_^
WELCOME to my new layout on my blog :)

layout baru, semangat baru, harapan baru..
hehe

Friday, March 4, 2011

^_^

.iseng-iseng ga jelas gitu. :D

Friendship is not only about finding similarities, it's more about appreciating differences.

Thursday, March 3, 2011

kultwit #wanita by @salimafillah ^^


1. Umm Salamah bertanya pada Nabi mengapa tak disebut Al Quran secara khusus layaknya lelaki. Maka turunlah QS 33: 35 (HR Ahmad)

2. "Sesungguhnya adalah belahan tak terpisahkan dari kaum pria." (HR Ahmad, Abu Dawud, Ad Darimi, Ibn Majah)

3. "Mukmin tersempurna imannya a/ yang terbaik akhlaqnya. Yang terbaik di antara kalian a/ terbaik memperlakukan ." (HR At Tirmidzi)

4. "Sesiapa punya anak , dididik baik-baik, diajarkan akhlaq terpuji, dinikahkan dengan lelaki shalih; baginya 2 pahala." (HR Muslim)

5. "Urut pertama yang harus ditaati adalah suaminya. Dan yang pertama harus ditaati lelaki adalah ibunya." (HR Al Bazzar & Al Hakim)

6. "..Mati di jalan Allah itu syahid, terkena wabah & tenggelam syahid. yang mati melahirkan ditarik anaknya ke surga." (HR Muslim)

7. hamil, melahirkan, menyusui, menyapih; mendapat pahala seperti terluka di jalan Allah. Mati di masa itu syahid. (HR Ibn Al Jauzy)

8. Nabi a/ nan pertama membuka pintu surga. Seorang mendahului beliau; ternyata dia mengasuh yatim sepeninggal suami. (HR Abu Ya'la)

9. " yang hamil, melahirkan, & menyayangi anak; lalu dia menegakkan shalat & tak durhakai suami, pastilah masuk surga." (HR Al Hakim)

10. Anak dari rahim & menyusu darinya, jika bercerai maka si ibu lebih berhak atasnya selama belum menikah lagi. (HR Ahmad, dll)

11. nan bersedekah pada suami & anak yatim dalam tanggungannya mendapat 2 pahala; pahala sahadaqah & menyambung kerabat. (HR Muslim)

12. "..Lelaki itu pemimpin keluarga, pemimpin rumahtangga suami & anak2nya. Tiap kalian pemimpin & dimintai tanggungjawab" HR Muslim

13. "..Dia memasak makananku, mencuci bajuku, & merawat anak-anakku; padahal semua BUKAN kewajiban atasnya. Sabarlah atas.." ('Umar)

14. hebat itu Hajar, ditinggalkan bersama bayi di terik gurun mematikan: "Jika ini perintahNya, Dia takkan pernah menyiakan kami."

15. Kita tahu, kalimat itu sulit & berat sebab dia bersama bayi merah & sergapan rasa menggulung; takut, sedih, kecewa & cemburu

16. Dan kalimat iman tak serta-merta membuat langit turunkan keajaiban. itu diuji, maka berpayah dia lari-lari 7 kali Shafa-Marwah.

17. Proklamasi iman itu mengabadi; tanpanya kita tak bersa'i, tak jumpa zamzam, tak berjumrah & tak ber-"Kama Shallaita" di tahiyat.

18. Hajar adalah mulia, & di sisinya pun ada suami & anak yang mulia. Tapi bagaimana jika kau bersuamikan lelaki nan jahat & keji?

19. Mari mengaca pada Asiyah, di sisi Fir'aun itu. Ujian iman dimulai dari sosok terdekat yang seharusnya jadi pelabuhan rasa.

20. Dan teguh itu menemukan manisnya pengaduan pada Rabb semesta alam; "Bangunkan untukku rumah di sisiMu, di surga terjanji itu."

21. Selanjutnya inilah suci, ahli ibadah pelayan ummat yang tak pernah disentuh lelaki. Maka Allah memilihnya jadi keajaiban zaman.

22. Dan bukankah tiap karunia hakikatnya ujian, pun begitu pada Maryam. suci itu menanggungkan aib, rasa malu, & beratnya beban.

23. Tapi begitulah iman. Ia tak menjamin tuk selalu berlimpah & tertawa. Ia hanya hadirkan lembut sapaNya di tiap dera yang menimpa.

24. itu diabadikan Surat bernada merdu dalam Quran; Maryam. Najasyi, para uskup Habasyah & semua pencinta pasti cucurkan air mata.

25. Lalu hadirlah Khadijah. yang segala kata membisu di depan keagungannya. Janda mulia itu memilih si lelaki terpuji tuk hidupnya.

26. Lalu dimulailah perannya sebagai yang menegakkan punggung suami di hadapan zaman, menyediakan rengkuh lembut & kelapangan hati.

27. Turunnya wahyu I serasa memikulkan sepenuh bumi ke pundak Muhammad, itu menyambut gemetarnya dengan selimut, lembut tanpa tanya.

28. "Khadijah, itu beriman padaku saat semua ingkar, dia serahkan hartanya ketika semua bakhil", kenang Muhammad bertahun kemudian.

29. Dari ini lahir Fathimah, penghulu surgawati berikutnya. Satu hari, setimbun isi perut unta ditumpahkan ke kepala Nabi nan sujud.

30. Beliau tak bangkit, hingga belia itu datang mengusap & menyeka penuh tangis haru. "Tenang Fathimah, Allah takkan siakan ayahmu."

31. itu menuntun ayahnya pulang, disekakannya air hangat, dibakarkannya perca untuk hentikan darah di luka. Lalu disilakannya rehat.

32. Penuh nyali itu kembali ke Ka'bah, ditudingnya para pemuka Quraisy yang tertawa-tawa hingga mereka terkesiap. Lalu dia bicara.

33. "Ayahku Al Amin, akhlaqnya mulia, & tak sekalipun dia pernah rugikan kalian..", itu terus bicara & mereka khusyu' mendengarkan.

34. Fathimah; dia puteri Nabi setara raja, tapi pelayanpun tak punya. Dia isteri pahlawan, tapi tangannya melepuh menggiling gandum.

35. ini ibu dari 2 penghulu pemuda surga, tapi rumah cahaya itu roti berbukanya sering tandas tersedekahkan hingga lapar menyergap.

36. Mari jua mentakjubi 'Aisyah. cerdas ini ahli tafsir, sejarah, faraidh, meriwayatkan 4000-an hadits, & hafal ribuan bait syair.

37. Ajaibnya, bergelar Ash Shiddiqah binti Ash Shiddiq (Nan amat jujur puteri pembenar kebenaran) menguasai itu semua sebelum 18 th.

38. Kehadiran ini menjadikan hidup Sang Nabi warna-warni; cantiknya, cerdas-lincahnya, cemburu, juga iri & fitnah yang mengguncang.

39. Madinah jadi indah dengan ilmunya. Bashrah bergelora dengan khuthbah-khuthbahnya menuntut-bela pembunuhan 'Utsman kepada 'Ali.

40. Berikutnya Ummu Sulaim. ini dipinang Abu Thalhah. "Engkau lelaki yang sulit ditolak", ujarnya, "Hanya saja aku ini muslimah."

41. "Andai kau tinggalkan berhala & menjadi muslim", lanjut itu, "Maka cukuplah islammu jadi maharku. Takkan kuminta selain itu."

42. itu menyerahkan puteranya, Anas ibn Malik, untuk berkhidmat pada Nabi demi beroleh ilmu, tertular akhlaq, & terlimpahi berkah.

43. Satu hari, putra tersayangnya sakit keras, padahal Abu Thalhah si suami hendak pergi. itu melepasnya dengan senyum menentramkan.

44. Ummu Sulaim melepas Abu Thalhah, menenangkan tuk bertawakkal pasrahkannya pada Allah. Saat sang suami pergi, anak itu meninggal.

45. Ummu Sulaim meminta para pelayan tak bicara, mereka disuruh bersihkan & hiasi rumah. Dia sendiri yang akan sampaikan pada suami.

46. Dimandikanlah sang anak lalu dibaringkan & diselimuti di kamar seakan tidur lelap. ini lalu memasak istimewa & berdandan cantik.

47. Ketika suaminya pulang, disambutlah mesra. Lelaki itu bertanya: "Bagaimana anak kita?" Si senyum & jawab: "Sudah lebih tenang."

48. Sang suami percaya setelah menengok kamar puteranya. Lalu dia makan dengan lahap dilayani isterinya, bahkan lalu pengantinan.

49. Setelah puas, berbaringan mereka di ranjang. Umm Sulaim: "Apa pendapatmu jika seseorang menitipkan suatu barang pada kawannya.."

50. "..Bolehkah yang dititipi menolak mengembalikan saat si penitip memintanya?" Si suami tersenyum: "Tentu tidak boleh begitu.."

51. Ummu Sulaim: "Ketahuilah, Allah yang menitipkan anak pada kita, & Dia kini mengambilnya kembali. Sabarlah duhai Abu Thalhah."

52. "Apa?!", seru sang suami tersentak. Dia lalu tergugu, "Sesudah sambutan mesra, makanan lezat, & kepuasan ini kamu baru bicara?!"

53. Keesokan paginya seusai memakamkan jenazah, Abu Thalhah mengadukan halnya pada RasuluLlah. Beliau tersenyum & menepuk bahunya.

54. "Pengantinankah semalam?", tanya beliau. Abu Thalhah mengangguk malu. "Semoga Allah berkahi malam kalian berdua dengan karunia."

55. Dari malam itu Ummu Sulaim hamil. Lalu lahirlah 'Abdullah ibn Abi Thalhah. Darinya: 7 cucu nan hafizh Quran & Faqih sejak belia.

56. Itulah keberkahan shalihah lagi mukminah, yang ahli ibadah, yang pandai menjaga amanah atas rumahtangga suami & aturan Allah.

58. terindah di mata lelaki, adalah mereka yang membuat cemburu bidadari; kecantikannya merasuk ke jiwa, melintas batas usia.

59. paling kemilau dipandang pria, adalah dia yang mahkotanya fikiran jernih, liontin kalungnya hati yang ridha, gelangnya qana'ah.

60. paling hebat di hati suaminya adalah dia yang senyumnya menyembuhkan, tatapannya meneduhi, & sambutannya menyegarkan.

61. paling berharga adalah ahli Matematika: mengalikan kebahagiaan sampai tak hingga, membagi kesedihan sampai tak berarti.

62. yang bernilai itu pandai berhitung: menambah keyakinan hingga utuh, mengurang kegalauan hingga habis.

63. langit yang singgah hidup di bumi; wajahnya mengingatkanmu akan surga, ibadah & bangun malamnya menghubungkanmu dengan Ilahi.

64. musuh syaithan mengecup mesra tanganmu, melepasmu bekerja dalam bisik syahdu, "Kami lebih sabar lapar daripada makan tak halal."

65. yang ditakjubi malaikat itu berilmu & berkeadaban; dibaringkannya sang suami di pangkuan, disimak & dibetulkannya hafalan Quran.

66. yang dirindu surga, tuan putri para bidadari; ditunainya amanah Allah lahir & batin; sebagai anak, saudari, isteri, ibu & nenek.

67. yang tak disudi neraka; syaithan gigit jari oleh syukurnya, putus asa oleh istighfarnya, tepok jidat oleh ridha suaminya.