Tuesday, October 20, 2009

Renungkanlah 5 menit saja!


Saudaraku Pemuda!

Bagaimana anda mencintai Allah sedang malam dan siang engkau menantang-Nya untuk berperang?

Bagaimana anda mencintai Allah sedang berulang-ulang engkau mengundang kemurkaan-Nya dan mendurhakai-Nya?

Bagaimana anda mengaku cinta kepada Allah, sedang jalan menuju masjid pun engkau tak mengetahuinya?

Bagaimana anda mengakui mencintai Allah padahal engkau mencintai musuh-musuh-Nya, membanggakan mereka, meniru, dan berangan-angan jika engkau bisa seperti mereka?

Bagaimana engkau mengaku mencintai Allah sedangkan engkau menyelisi Rasulullah SAW secara dhahir dan bathin? Padahal Allah SWT berfirman “ Katakanlah: “ Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (Q.S. Ali Imran 31)

Dimanakah bukti ittiba’mu kepada Rasulullah SAW wahai anda yang mengaku cinta kepada Allah SWT?

engkau membangkang kepada-Nya?

lalu mengaku bahwa engkau cinta

inilah pengakuan yang nyata dustanya

jika benar engkau mencintai-Nya

tentulah engkau mentaati-Nya

karena seseorang akan taat kepada keksasih-Nya

Dikutip dari buku “Tazkiah An-Nafs

Penulis: Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah

Siapa yang anda cintai??


Tiga perkara apabila ada pada seseorang berarti dia telah merasakan manisnya iman, (yaitu) apabila Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada yang selain keduanya; jika seseorang mencintai orang lain hanya karena Allah; dan jika seseorang itu benci untuk kembali kepada kekafiran itu sebagaimana ia benci kalau dilemparkan ke dalam api neraka.” (Muttafaq ‘alaih)

Pernahkah anda bertanya kepada diri sendiri, siapakah yang anda cintai? Bernahkah anda hanya mencintai Allah semata? Jika anda menjawab “ya”, maka tanyakanlah kepada dirimu sendiri, apa bukti kecintaanmu kepada-Nya? Sudahkah engkau mencintai karena Allah dan dan benci karena Allah? Berwala’ karena Allah dan bermusuhan karena Allah? Sudahkah anda mencintai apa-apa yang dicintai Allah dan membenci apa-apa yang dibenci oleh Allah? Mencintai orang yang dicintai Allah dan membenci siapapun yang dibenci Allah??

Jika seluruh pertanyaan tersebut anda jawab dengan “ya” –saya berharap mudah-mudahan hal itu benar- maka sudah selayaknya saya bertanya: jika setiap pemuda memiliki sifat ubudiyah dan mahabbah yang sempurna kepada Allah semacam ini, lalu mengapa kita melihat kebanyakan pemuda benci terhadap ketaatan dan lari dari-Nya??

Mengapa banyak diantara pemuda yang meninggalkan kebenaran padahal ia merupakan tiang agama dan pondasinya.

Mengapa hobi kebanyakan pemuda adalah hal-hal yang haram, menerima dan senantiasa cenderung kepadanya, kepuasan mereka adalah ketika bisa mengerjakannya, dan kesedihan mereka adalah kehilangan kesempatan untuk bermaksiat.

Bukankah khamr, ganja, rokok, film-film porno, zina, homoseks, memperolok-olok agama dan orang yang berkomitmen dengannya merupakan perbuatan haram yang umum dilakukan oleh para pemuda?

Bukankah hal-hal tersebut menyelisihi kecintaan kepada Allah SWT dan cinta karena Allah? Bukankah ini merupakan bentuk syirik kepada Allah dalam mahabbah?

Dikutip dari buku “Tazkiah an-Nafs

Penulis: Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah

Thursday, October 8, 2009

Mahalnya Sebuah Ilmu

Alkisah, ada sebuah keluarga miskin yang tinggal di tepi kota. Suatu hari setelah berembug dengan istrinya, sang kepala keluarga tsb sebut saja si Fulan, pergi merantau ke kota, dan dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga kaya raya. Setelah beberapa tahun bekerja si Fulan berniat pulang. Karena kerajinan, keramahan dan kejujuran Fulan, keluarga itu memberinya bekal 3 peti kotak emas.

Dalam perjalanan pulang, Fulan bertemu seseorang yang hendak meminta satu kotak emasnya, Fulan setuju asalkan orang tadi mau memberinya satu ilmu padanya. Maka berkatalah orang tadi “Berjalanlah kamu ke depan dan jangan menoleh lagi.” Si Fulan pun berjalan lagi seraya menyerahkan satu kotak emas.

Dengan mantap si Fulan melangkah lurus ke depan, walaupun ada beberapa halangan, sampailah ia berada di tepi sebuah hutan dan bertemu seseorang. Singkatnya mereka setuju untuk barter. Si Fulan menyerahkan 2 kotak emas sedang orang tadi memberinya 2 ilmu kepada Fulan. Orang tadi berkata “Janganlah engkau mencampuri urusan orang lain, jika tidak dimintai tolong.” Yang ke-2 “Berfikirlah baik-baik sebelum bertindak.” Jadi habislah 3 peti uang emas Fulan.

Malam tiba, si Fulan kemalaman di hutan. Kebetulan ada sepasang bangsawan yang sedang berkemah di situ, si Fulan disuruh masuk ikutan makan dengan mereka. Saat Fulan sedang makan, pasangan itu meninggalkannya. Tiba-tiba si Fulan mendengar suara wanita yang memilukan seperti tengah disiksa. Tapi Fulan teringat ilmunya yang ke-2: “Janganlah engkau mencampuri urusan orang lain…” Maka Fulan pun mengurungkan niatnya untuk menolong wanita tadi. Selesai makan Fulan dipanggil bangsawan tadi dan mereka berkata: “wahai Fulan, belum pernah ada orang yang seperti kamu, kamu tidak mencampuri urusanku dengan istriku, maka terimalah sekarung emas ini”.

Esoknya Fulan berangkat melangkah lagi. Sesampainya di pekarangan rumahnya dia melihat istrinya bersama seorang pemuda. Seketika Fulan marah dan siap menghunus pedang siap membunuh orang itu. Lagi-lagi teringatlah ia akan ilmunya yang ke-3: “Berfikirlah dahulu sebelum bertindak”. Lalu si Fulan menemui istrinya, ternyata pemuda itu anaknya yang dulu masih kecil. Akhirnya keluarga itu bahagia beserta sekarung emas yang di dapatnya dengan ilmu.

Hal ini menunjukkan betapa besarnya dan mahalnya sebuah ilmu. Maka kita yang masih mempunyai kesempatan ini marilah kita gunakan dengan sebaik-baiknya untuk mencari ilmu, terutama ilmu agama, karena hanya itulah yang dapat menyelamatkan kita dari akhirat nanti.

Rasulullah bersabda: “siapa mau dunia hendaklah dengan ilmu, siapa mau akhirat hendaklah dengan ilmu, siapa mau dunia dan akhirat hendaklah dengan ilmu.”

Wallahu a’lam bishowab