Tuesday, January 22, 2013

Seperti Harapan Itu Dulunya Tidak Ada

Haruskah kita menyalahkan nurani kita
yang telah menghempaskan napas kegelisahan
untuk setiap tidak acuh yang telah terpendam sekialama?

Nurani adalah diri kita.
Kita tidak dapat berdusta dan membohongi diri sendiri.
Biarkan ia mengalir dan mengalir,
berkelok dan menyimpan keteduhannya.
Keteduhan yang melelapkan, sampai ia tiada.

Mungkin lebih baik dengan melenyapkannya.
Saling membenci dengan mengingkari nurani kita.
Apakah aku terlambat?
ini memang tampak lebih baik.
Kita mengakhirinya, tapi tidak untuk memaksa kita mengakhirinya.
Biarlah ia hilang dalam kesenyapan masa dengan sendirinya.
Separti harapan itu dulunya tidak ada.

*Dikutip dari buku Dear You, karya Moammar Emka

Kenangan Itu, Kita

Tanpa ditulis pun, kenangan tetap serupa buku.
Lembar demi lembarnya selalu terbuka tiap kali kita mengingatnya. Iya, kita.
Kita mengingatnya. Iya, kita.
Kenangan itu ibarat cermin. Dari bening dan buramnya, dari utuh dan retaknya, kita berkaca. Iya, kita.

Jika kenangan kita adalah memar senja, di titik itulah kita mengingatnya. Iya, kita.
Jika kenangan kita adalah pelangi senja, maka di tempat kita berdiri sekarang, aku yakin kita berbahagia. Iya, kita.
Kenangan yang membawa dan menuntun kita ke masa berikutnya.
Sebagai kita yang dilanggengkan dan bersama di saat sekarang atau sebaliknya.

*Dikutip dari buku Dear You, karya Moammar Emka

Tanya Hati, Entah

Haruskah kita tidak acuh dan mengingkari rasa saling itu?
Sementara di setiap kedip mata, rindu membilas kekeringan rasa kita.

Buncah rasa luar biasa saat bersamamu, tak merangkul waktu lagi. Dan aku tak terbiasa. Sendiri lagi. sanggupkahku?

Dalam sadarku, telah kusunting luka. Dan kuterima, sakitnya memang luar biasa. Inikah yang kubela?

Maaf, aku tak menyajikan apa-apa, kecuali seikat kebersamaan. Kupikir kamu mulai kecewa. Mungkinkah?

Jawabnya cuma ada: ENTAH!
Entah dimana, entah kapan masanya, cinta itu memanggil lagi? Jika itu terjadi, semoga kamulah tujuanku berlari - sekali lagi.


*Dikutip dari buku Dear You, karya  Moammar Emka

Wednesday, January 9, 2013

-

Lamaaa sekali memandangi layar laptop...
blank!

Allah... Allah...
please guide me...
Apapum yang terjadi padaku saat ini, semua dari Engkau
Berilah hamba the best way :')
Hamba belum siap merasakan itu semua kembali Ya Rabb...
Hamba masih terlalu takut untuk terjatuh kembali...

Tenangkan hati hamba
Dewasakan sikap hamba


Monday, January 7, 2013

kwarted kwek kwek



:')

Goresan Sore

Langit Sore
Birumu meneduhkan
Sebercak putihmu mencerahkan
Dihiasi seliweran pipit-pipit menuju singgasananya
Merah merona di ufuk barat menambah cantiknya engkau di sore ini
Hey! Kamu, langit sore….
Tak pernah jemu aku tuk memandangimu
Tak pernah bosen
Inilah bukti keagungan Sang Pencipta

-RedsDipo, 14 Juni 2012-

Rasa itu....

Rasa itu…
Bagaikan tulisan di pasir yang tersapu ombak, cepat pudarnya
Bagaikan tulisan di pahatan batu, dalam melekat dan sulit terhapus
Rasa itu…
Susah untuk dideskripsikan namun ada untuk dirasakan
Senang. Sedih. Tertawa. Menangis.  Bahagia. Berduka
Apapun itu, satu hal yang wajib kita lakukan adalah menSYUKURI rasa itu J