Thursday, January 1, 2009

”aku” (sebuah renungan)

Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya susunan tulang yang dibalut seonggok daging, kemudian ditiupka ruh ke dalamnya oleh Dzat Yang Maha Pencipta. Ya,, ruh. Ruh itu yang membuatku ada, membuatku menangis dan tertawa, tidur dan terjaga. Aku tak tau wujudnya seperti apa, bahkan ketika pergi meninggalkan jasadpun aku tak tau kemana dia sesungguhnya. Akhirat begitu kata mereka. Tapi, seperti apa akhirat? Dimana? Bagaimana bisa? Semuanya memang tak bias dirasionalkan.

Aku… aku ada di dunia ini ada yang menciptakan dan yang menciptakan tentulah lebih hebat dari apapun.

Hidupku adalah milik-Nya dan di dalam kekuasaan-Nya. Senang rasanya ketika bisa bernyanyi dengan suara yang merdu. Padahal siapa pemberi suara itu, bagaimana kalau Dia mengambilnya karena tak kugunakan untuk memuji-Nya. Bangga rasanya melihat wajah ayu di cermin. Siapa yang membuatnya begitu? Bagaimana kalau tiba-tiba Dia merubahnya. Aku takkan kuasa. Gembira rasanya saat melihat keluarga dan temen-temen kumpul bareng. Tapi, gimana kalau tiba-tiba penglihatan itu diambil karena aku tidak menggunakan untuk melihat hal-hal yang halal? Bahagia dikala mendengar berita menggembirakan tentang aku dan keluargaku. Tapi, bagaimana jika tiba-tiba pendengaranku juga diambil karena aku mendengarkan kata-kata kotor dan gossip? Bagaimana.. bagaimana..? Bagaimana kalau semua itu diambil-Nya?

Sebersit kurasa iri saat temenku bisa menkhatamkan 1 juz sehari sedang aku sibuk membaca novel. Iri saat dia tersenyum tulus menghadapi cobaan dan ujian, sedang aku menangis tergugu karena hal yang sepele. Iri ketika kudapati dia khusyuk dalam sujud di tahajudnya sedang aku tidur terlelap di buai mimpi. Iri pada semua yang dia kembalikan pada-Nya sedangkan aku selalu mempertimbangkan untung ruginya. Dunia memang terlalu indah menawarkan pesona dan aku dijeratnya.

Aku mencoba mencari hakikat hidup sebenarnya, karena semua yang kurasakan hanyalah sementara. Aku bukan tak tau siapa Allah, aku bukan tak tau siapa Rasulullah, aku pun hafal rukun iman dan rukun islam. Tapi memaknainya lebih dalam belum pernah aku lakukan.

Kucoba urai makna hidup yang kujalani. Selama ini aku telah begitu sombong dan angkuh dengan menganggap bahwa hidupku adalah milikku. Ampuni hamba ya Rabb, hamba kehilangan hati nurani dan suara hati.

Namun berkat hidayah-Mu, hamba kembali lagi kepada Engkau. Segala puji bagi Engkau Ya Allah, Tuhan semesta alam.

Ya Allah, Yang membolak-balikkan hati,, tetapkanlah qolbu ini selalu pada-Mu.

Aamiin..

No comments:

Post a Comment