Tuesday, April 13, 2010

Banyak yang Hilang dari Diri Kita -_-


"Kata-kata itu bisa mati," tulis Sayyid Qutbh. "Kata-kata juga akan menjadi beku, meskipun ditulis dengan lirik yang indah atau semangat. Kata-kata akan menjadi seperti itu bila tidak muncul dari hati orang yang kuat meyakini apa yang dikatakannya. Dan seseorang mustahil memilki keyakinan kuat terhadap apa yang dikatakannya, kecuali jika ia menerjemahkan apa yang ia katakan dalam dirinya sendiri, lalu menjadi visualisasi nyata apa yang ia katakan, "lanjut Sayyid Quthb dalam karya monumentalnya Fii Zilaalil Qur'aan.

Saudaraku,,
Banyak yang hilang dari diri kita..

Saudaraku,,
Dahulu, sahabat Ali r.a. pernah mengatakan bahwa kelak di akhir zaman akan terjadi sebuah fitanah. Antara lain ia menyebutkan, "...Ketika seseorang mempelajari ilmu agama bukan untuk diamalkan." Itulah ciri fitnah besar yang akan terjadi di akhir zaman. Sahabat lainnya, Ibnu Mas'ud r.a. juga pernah menyinggung hal ini dalam perkataanya, "Belajarlah kalian, dan bila kalian sudah mendapatkan ilmu, maka laksanakanlah ilmu itu. "Ilmu dan amal, dua pasang mata uang yang tidak mungkin dipisahkan. Tapi kita, sepertinya, kini lebih berilmu namun miskin dalam amal...

Saudaraku,,
Perhatikanlah, apa saja yang hilang dari diri kita selama ini??
Barangkali kita termasuk dalam ungkapan Al Hasan Al Bashri r.a.. Ia mengatakan, "Aku pernah bertemu dengan suatu kaum yang mereka dahulunya adalah orang-orang yang memerintahkan yang makruf dan paling melaksanakan apa yang diserukannya. Mereka juga orang yang paling melarang kemungkaran dan mereka sekaligus orang yang paling menjauhi kemungkaran itu.
Tapi kini kita ada di tengah kaum yang memerintahkan pada yang makruf sementara mereka adalah orang yang paling jauh dari yang diserukan. Dan paling banyak melarang kemungkaran, sedangkan mereka adalah orang yang paling dekat melaksanakan kemungkaran itu. Bagaimana kita bisa hidup dengan orang yang seperti mereka itu?

Saudaraku,,
Berhentilah sejenak disini. Duduk dan merenunglah untuk memikirkan apa yang kita bicarakan ini. Perhatikanlah apa yang dikatakan lebih lanjut oleh Sayyid Quthb r.a., "Sesungguhnya iman yang benar adalah ketika ia kokoh di dalam hati dan terlihat bekasnya dalam perilaku. Islam adalah akidah yang bergerak dinamis dan tidak membawa yang negatif. Akidah Islam itu ada dalam alam perasaan dan bergerak hidup mewujudkan indikasinya dalam sikap luar, terterjemah dalam gerak di alam realitas."

Saudaraku,,
Jika banyak yang baik-baik, yang hilang dari diri kita, mari memuhasabahi diri sebelum beramal, melihat apa yang menjadi orientasi dan tujuan amal-amal kita selama ini. Jika kita memeriksa niat sebelum beramal, berarti kita sudah membenahi sesuatu yang masih bersifat lintasan hati. Dan itu akan lebih mudah melakukannya. Karena asal muasal suatu pekerjaan itu adalah lintasan. Lintasan hati, dan keinginan hati itu bisa menjadi kuat sampai kemudian menjadi waswas. Dari waswas muncul dorongan untuk dilahirkan dalam bentuk tindakan.
Imam Ghazali mengatakan, "Jalan untuk membersihkan jiwa adalah dengan membersihkan pekerjaan yang muncul dari jiwa yang bersih secara sempurna."

Saudaraku,,
Jika kita bicara, maka kita sebenarnya diajak bicara oleh diri kita sendiri melalui kata-kata itu. Kata-kata kita yang kita keluarkan, sebenarnya pertama kali ditujukan pada diri sendiri, sebelum orang lain. Jika kita mendapatkan ilmu, kitalah orang pertama yang harus melakukannya.

"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
(itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (Q.S. As-Saff: 2-3)

Maroji' : Majalah Tarbawi edisi 2009 Th.11, Sya'ban 1430 H/ 6 Agustus 2009.


No comments:

Post a Comment